Ya Rabb...
Hamba Mohon Kepada-Mu yang Maha Pemurah....
Dari sekian banyak rizki yang Kau tabur, berikanlah kepada hamba-Mu ini...
walau hanya sedikit saja....
Hamba yakin pasti yang Engkau beri kepada hamba adalah yang Terbaik dari-Mu
Engkau yang mengetahui apa yang sedang hamba butuhkan saat ini...
Bukan yang hamba inginkan...
Hamba yakin disela-sela kesempitan dan himpitan pasti masih ada secercah jalan...
yang Engkau berikan agar cahaya-Mu dapat menerangi jalan...
Kehidupan hamba-Mu ini
Walimahku
Rabu, 26 Mei 2010
Senin, 24 Mei 2010
Mutiara Hadist
HADITS 1
Dari Umar bin Abi Salamah d ia berkata:”Saya adalah seorang anak kecil yang berada dalam bimbingan Rasulullah. Pernah tangan saya mengacak-acak di dalam piring, maka Rasulullah berkata kepadaku:“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang dekat denganmu”. Maka hal itu menjadi sifat makanku setelah itu”. ( H.R Bukhari&Muslim)
Makna hadits: Nabi Muhammad menikah dengan Ummu Salamah setelah kematian suaminya, Abu salamah, sedangkan Umar bin Abu Salamah hidup bersama ibunya di rumah Rasulullah . Pada suatu hari ada seorang anak kecil yaitu Umar, duduk dan makan bersama Nabi .Tangan anak tersebut tidak tetap pada suatu tempat dari makanan tersebut. Maka Nabi Muhammad membimbingnya dengan sebagian adab-adab ketika makan.
1. Hendaklah sebelum makan dengan diawali mengucapkan “Bismillah”.
2. Hendaklah makan dengan tangan kanan.
3. Makan mulai dari yang dekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya kepada makanan yang terletak jauh darinya.
Dan sungguh Umar mengamalkan perintah Nabi dan menjadikannya sebagai kebiasaannya dalam makan.
Mutiara Faedah Hadits:
1. Menyebut nama Allah diawal makan.
2. Makan dengan menggunakan tangan kanan.
3. Hendaklah seseorang makan dari makanan yang terdekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya pada makanan yang jauh darinya.
4. Jika hidangan/makanannya bermacam-macam maka boleh seseorang makan dari makanan yang jauh darinya.
Rabu, 19 Mei 2010
Agar Kita Tidak Merugi: Tadabbur Surat Al-’Ashr
Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
dakwatuna.com - “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3)
Surah ini termasuk golongan Makkiyah yang diturunkan sesudah surah Asy-Syarh dan terdiri dari tiga ayat. Sayyid Quthb memahami aspek i’jazul Qur’an yang ketara pada surah pendek ini yang memang merupakan keistimewaan Al-Qur’an. Sebagai contoh misalnya, irama surah ini menunjukkan satu keserasian dimana pada akhir setiap ayatnya ditutup dengan huruf “ra”. Susunan redaksinya juga indah; berawal dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Hanya dalam tiga ayat, tergambar dengan gamblang manhaj dan rambu-rambu kehidupan manusia yang dikehendaki oleh Islam yang berlaku sepanjang zaman dan pada setiap generasi. Memang hanya ada satu manhaj dan jalan keselamatan dari kerugian seperti yang dirumuskan dalam surah ini, yaitu iman, amal shalih, saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.
Surah ini diawali dengan sumpah. Sumpah Allah dengan salah satu makhluknya yang terpenting yang menentukan kehidupan manusia, yaitu waktu, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Dalam satu “masa” terdapat beberapa keadaan; sakit dan sehat, suka dan duka, demikian seterusnya saling berpasangan. Bahkan dalam sebuah ‘waktu’ tersimpan segala jenis peristiwa dan kejadian. Karena keagungan waktu inilah maka Allah bersumpah dengannya. Dan memang Allah berhak bersumpah dengan apapun yang dikehendakinya dari seluruh makhlukNya, sedangkan manusia hanya boleh bersumpah dengan Allah dan nama-nama atau sifatNya yang mulia.
Terdapat banyak pemahaman para ulama tentang maksud ‘Al-Ashr’ yang menjadi sumpah Allah dalam surah ini. Hasan Al-Bashri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘Al-Ashr’ adalah waktu petang, karena pada waktu inilah berakhirnya segala aktifitas manusia, sehingga tinggal menghitung untung dan rugi dari apa yang telah dilakukannya semenjak pagi hingga waktu petang. Dalam konteks waktu, sebagian ulama menyimpulkan bahwa biasanya Allah bersumpah dengan waktu dhuha dalam konteks keberuntungan dan dengan waktu petang dalam konteks kerugian.
Makna lain dari kata ‘Al-Ashr’ yang masyhur adalah sholat Ashar. Shalat Ashar merupakan sholat yang utama dan diperintahkan khusus oleh Allah untuk dipelihara dan dijaga melalui firmanNya: “peliharalah oleh kalian shalat-shalat kalian dan shalat wushtho, yaitu sholat Ashar”. (2: 238). Bahkan Rasulullah bersabda mengagungkan shalat yang satu ini dalam salah satu haditsnya: “Barangsiapa yang tertinggal shalat Ashar, maka ia seolah-olah kehilangan keluarga dan hartanya”. Dalam riwayat lain dinyatakan: “maka sia-sialah semua amalnya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad). Disini Al-Biqa’i menemukan korelasi yang indah antara lafadz ‘insan’ yang merupakan sebaik-baik jenis makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik-baik kejadian (bentuk) dengan lafadz “Ashr” yang merupakan waktu pilihan, ibarat minuman jus yang dipilah dan diperas dari buah yang segar yang diistilahkan dalam bahasa Arab ‘Ashir.
Secara redaksional, bentuk nakirah (indifinitive) pada lafaz “khusr” menunjukkan besarnya kerugian yang akan diderita oleh setiap manusia dan juga untuk menghinakan manusia yang menderita kerugian tesebut, karena kerugian itu meliputi kebinasaan diri dan usianya. Atau bentuk nakirah juga menunjukkan umumnya kerugian tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Al-Alusi bahwa kerugian yang disebut oleh ayat bersifat umum mencakup segala jenis kerugian; duniawi maupun ukhrawi. Seperti kerugian dalam perniagaan, kerja-kerja manusia maupun pemanfaatan usia yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt. Apalagi bahwa pernyataan Allah tentang kerugian setiap manusia dalam ayat ini diperkuat dengan dua huruf ta’kid (penegasan), yaitu Inna yg berarti sesungguhnya dan La yg berarti benar-benar.
Keumuman ayat kedua dapat difahami dari lafadz ‘insan’ yang didampingi oleh alif dan lam yang menunjukkan makna yang umum. Meskipun ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ‘manusia’ pada ayat ini adalah segolongan orang kafir seperti Al-‘Ash bin Wa’il, Al-Walid bin Al-Mughirah dan Al-Aswad bin Abdul Muthalib bin Al-Asad, namun tetap umumnya lafadz lebih kuat daripada khususnya ayat yang terbatas pada mereka yang telah menerima kerugian. Sehingga siapapun tanpa terkecuali tidak akan bisa terlepas dari kerugian melainkan jika ia berpegang teguh dengan ajaran yang terkandung pada ayat terakhir surah ini, yaitu iman, amal shalih dan saling menasehati untuk menepati kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.
Iman dan amal shalih yang menjadi syarat pertama keluar dari kerugian merupakan dua hal yang saling terkait, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Artinya tidak berguna dan akan mati iman seseorang tanpa amal shalih, begitu sebaliknya sia-sialah amal shalih yang tidak berlandaskan iman. Dari iman berasal setiap cabang kebaikan dan dengannya terkait setiap buah kebaikan. Oleh karena itu, Al-Qur’an dengan tegas menghancurkan nilai seluruh amal perbuatan, selagi amal perbuatan itu tidak didasarkan pada iman yang menjadi pendorong dan penghubung dengan Sang Maha Wujud. “Dan orang-orang yg kafir, amal perbuatan mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yg datar, yg disangka air oleh orang yg dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tdk mendapatinya suatu apapun”.(AN-Nur: 39). Secara impelementatif, Iman adalah gerak dan amal, pembangunan dan pemakmuran menuju Allah. Ia bukan sesuatu yang pasif, layu dan bersembunyi di hati nurani. Juga bukan sekedar kumpulan niat yang baik yang tidak tercermin dalam bentuk perbuatan & gerak.
Ayat yang terakhir dan terpanjang dalam surah ini merupakan gambaran kepedulian seorang mukmin dengan saudaranya tentang kebaikan. Saling berpesan dalam kebenaran tentu sangat diperlukan, karena melaksanakan kebenaran itu butuh bantuan orang lain. Saling berpesan berarti mengingatkan, memberi dukungan, memotivasi dan menyadarkan. Dan seseorang tidak akan mungkin mampu melaksanakan kebenaran dan kebaikan yang sempurna secara personal, tanpa keterlibatan orang lain. Demikian juga saling berpesan dengan kesabaran sangat diperlukan karena akan bisa meningkatkan kemampuan, semangat dan perasaan kebersamaan. Apalagi dalam meyakini, menjalankan dan menyeru kebenaran tadi bisa jadi akan menghadapi hambatan, rintangan dan tantangan dalam beragam bentuknya. Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan, “Kesabaran adalah setengah dari (realisasi) iman seseorang”. Disinilah urgensi kepedulian seorang mukmin dengan suadaranya dalam dua hal yang saling berkaitan; kebenaran dan kesabaran.
Yang menarik untuk dicermati mengenai tafsir surah ini adalah pendapat Al-Wahidi dalam kitab tafsirnya Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz. Beliau mengemukakan secara spesifik contoh mereka yang telah mendapat kerugian dan keberuntungan berdasarkan urutan dalam mushaf. Abu jahal merupakan representasi dari orang yang merugi. Abu Bakar merupakan sosok yang sesuai dengan implementasi iman. Umar bin Khattab mewakili orang-orang yang beramal shalih. Utsman bin Affan merupakan contoh nyata dari mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan Ali bin Abi Thalib identik dengan golongan yang saling menasehati dalam kesabaran. Lebih lanjut As-Syanqithi dalam tafsir ‘Adhwa’ul Bayan mengemukakan Mafhum mukhalafah dari setiap ajaran dalam surah ini; mafhum mukhalafah dari keberuntungan adalah kerugian, yaitu tdk beriman (kafir), tidak beramal atau beramal buruk, tidak berpesan dengan kebenaran atau berpesan tetapi dengan kebatilan serta tidak berpesan dengan kesabaran atau senantiasa berkeluh kesah.
Sungguh setiap kita mendambakan kesuksesan, keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Tidak ada jalan dan manhaj lain melainkan mengamalkan kandungan surah ini secara totalitas seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah saw. Disebutkan bahwa tidaklah dua orang sahabat Rasulullah bertemu, melainkan salah seorang dari keduanya akan membacakan surah ini sebelum berpisah, kemudian saling mengucapkan salam dan saling berjanji serta berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan iman dan beramal shalih, saling berjanji untuk senantiasa berpesan dengan kebenaran dan dengan kesabaran dalam menjalani kehidupan mereka.
Kami Adalah Dai
Oleh: Sofyan Siroj Aw, Lc, MM
dakwatuna.com – Nahnu Du’aatun Qabla Kulli Syai’in. “Kami adalah dai sebelum jadi apapun”.
Suatu gambaran pribadi yang unik dengan penataan resiko terencana untuk meraih masa depan bersama Allah dan Rasul-Nya. Inilah kafilah panjang, pembawa risalah kebenaran yang tak putus sampai ke suatu terminal akhir kebahagiaan surga penuh ridha Allah swt.
Setiap muslim adalah dai. Kalau bukan dai kepada Allah, berarti ia adalah dai kepada selain Allah, tidak ada pilihan ketiganya. sebab dalam hidup ini, kalau bukan Islam berarti hawa nafsu. Dan hidup di dunia adalah jenak-jenak dari bendul waktu yang tersedia untuk memilih secara merdeka, kemudian untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Rabbul insan kelak. Bagi muslim, dakwah merupakan darah bagi tubuhnya, ia tidak bisa hidup tanpanya. Aduhai, betapa agungnya agama Islam jika diemban oleh rijal (orang mulia).
Dakwah merupakan aktivitas yang begitu dekat dengan aktivitas kaum muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan terlibat di dalamnya.Sayang keterlibatan tersebut tidak dibekali ”Fiqh Dakwah” sehingga kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada kebaikan yang diperbuat.
Disini menjadi jelas akan pentingnya kebutuhan terhadap fiqh dakwah, sebagaimana digambarkan para ulama, bahwa ”kebutuhan manusia akan ilmu lebih sangat daripada kebutuhan terhadap makan dan minum”. Sehinga penting bagi kaum muslimin yang telah dan hendak terjun dalam kancah dakwah untuk membekali diri dengan pemahaman yang utuh terhadap Islam dan dakwah Islam. Karena orang yang piawai dalam menyampaikan namun tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap Islam ”sama bahayanya” dengan orang yang memiliki pemahaman yang benar akan tetapi bodoh di dalam menyampaikan, mengapa?
Pertama; ia akan menyesatkan kaum muslimin dengan kepiawaiannya (logika kosongnya). Kedua; Hal itu akan menjadi ”dalil” bagi orang-orang kafir dalam kekafirannya (keungulan bungkusannya).
Adalah fiqh dakwah merupakan sarana untuk menjembatani lahirnya pemahaman yang shahih terhadap Islam didukung kemampuan yang baik di dalam menyampaikan. Sehingga dengan aktivitas dakwah ini ummat dapat menyaksikan ”Islam” dalam diri, keluarga dan aktivitas para dai yang melakukan perbaikan ummat secara integral, mengeluarkan manusia dari pekat jahiliyah menuju cahaya Islam.
Bagi mereka yang yang berjalan diatas rel kafilah dakwah menuju cahaya dan kebahagiaan dunia dan akherat, dapat melihat prinsip-prinsip dakwah dan kaidah- kaidahnya, agar menjadi hujjah atau pegangan bagi manusia dan menjadi alasan di hadapan Allah, Ustadz Jum’ah Amin Abdul Aziz memaparkan tentang hal ini, yaitu; ”Fiqh Da’wah: Prinsip dan kaidah dasar Dakwah”, yang diambil dari usul fiqh sebagai bekal para dai tersebut adalah sebagai berikut:
1. Qudwah (teladan) sebelum dakwah
2. Menjalin keakraban sebelum pengajaran
3. Mengenalkan Islam sebelum memberi tugas
4. Bertahap dalam pembebanan tugas
5. Mempermudah, bukan mempersulit
6. Menyampaikan yang ushul (dasar) sebelum yang furu’ (cabang)
7. Memberi kabar gembira sebelum ancaman
8. Memahamkan, bukan mendikte
9. Mendidik bukan menelanjangi
10. Menjadi murid seorang imam, bukan muridnya buku.
2. Menjalin keakraban sebelum pengajaran
3. Mengenalkan Islam sebelum memberi tugas
4. Bertahap dalam pembebanan tugas
5. Mempermudah, bukan mempersulit
6. Menyampaikan yang ushul (dasar) sebelum yang furu’ (cabang)
7. Memberi kabar gembira sebelum ancaman
8. Memahamkan, bukan mendikte
9. Mendidik bukan menelanjangi
10. Menjadi murid seorang imam, bukan muridnya buku.
Harapan, kiranya Allah swt senantiasa mencurahkan taufiq dan petunjuk-Nya kepada para dai yang ikhlas menyeru manusia ke jalan Allah, memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat serta tempat kerja, sehingga Allah terlibat dalam urusan dan kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan untuk orang banyak, demi tegaknya tatanan Islam yang indah dalam kehidupan dengan bimbingan Allah dan sesuai panduan manhaj (aturan) dakwah Rasulullah saw. Wallahu ‘alam
Selasa, 11 Mei 2010
5 Bekal Istri Aktivis Dakwah
Oleh: Dra. Anis Byarwati, MSi.
dakwatuna.com – Seorang aktivis dakwah membutuhkan istri yang ‘tidak biasa’. Kenapa? Karena mereka tidak hanya memerlukan istri yang pandai merawat tubuh, pandai memasak, pandai mengurus rumah, pandai mengelola keuangan, trampil dalam hal-hal seputar urusan kerumah-tanggaan dan piawai di tempat tidur. Maaf, tanpa bermaksud mengecilkan, berbagai kepandaian dan ketrampilan itu adalah bekalan ‘standar’ yang memang harus dimiliki oleh seorang istri, tanpa memandang apakah suaminya seorang aktivis atau bukan. Atau dengan kalimat lain, seorang perempuan dikatakan siap untuk menikah dan menjadi seorang istri jika dia memiliki berbagai bekalan yang standar itu. Lalu bagaimana jika sudah jadi istri, tapi tidak punya bekalan itu? Ya, jangan hanya diam, belajar dong. Istilah populernya learning by doing.
Kembali kepada pokok bahasan kita. Menjadi istri aktivis berarti bersedia untuk mempelajari dan memiliki bekalan ‘di atas standar’. Seperti apa? Berikut ini adalah bekalan yang diperlukan oleh istri aktivis atau yang ingin menikah dengan aktivis dakwah:
1. Bekalan Yang Bersifat Pemahaman (fikrah).
Hal penting yang harus dipahami oleh istri seorang aktivis dakwah, bahwa suaminya tak sama dengan ‘model’ suami pada umumnya. Seorang aktivis dakwah adalah orang yang mempersembahkan waktunya, gerak amalnya, getar hatinya, dan seluruh hidupnya demi tegaknya dakwah Islam dalam rangka meraih ridha Allah. Mendampingi seorang aktivis adalah mendampingi seorang prajurit Allah. Tak ada yang dicintai seorang aktivis dakwah melebihi cintanya kepada Allah, Rasul, dan berjihad di jalan-Nya. Jadi, siapkan dan ikhlaskan diri kita untuk menjadi cinta ‘kedua’ bagi suami kita, karena cinta pertamanya adalah untuk dakwah dan jihad!
2. Bekalan Yang Bersifat Ruhiyah.
Berusahalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jadikan hanya Dia tempat bergantung semua harapan. Miliki keyakinan bahwa ada Kehendak, Qadha, dan Qadar Allah yang berlaku dan pasti terjadi, sehingga tak perlu takut atau khawatir melepas suami pergi berdakwah ke manapun. Miliki keyakinan bahwa Dialah Sang Pemilik dan Pemberi Rezeki, yang berkuasa melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Bekalan ini akan sangat membantu kita untuk bersikap ikhlas dan qana’ah ketika harus menjalani hidup bersahaja tanpa limpahan materi. Dan tetap sadar diri, tak menjadi takabur dan lalai ketika Dia melapangkan rezeki-Nya untuk kita.
3. Bekalan Yang bersifat Ma’nawiyah (mentalitas).
Inilah di antara bekalan berupa sikap mental yang diperlukan untuk menjadi istri seorang aktivis: kuat, tegar, gigih, kokoh, sabar, tidak cengeng, tidak manja (kecuali dalam batasan tertentu) dan mandiri. Teman saya mengistilahkan semua sikap mental ini dengan ungkapan yang singkat: tahan banting!
4. Bekalan Yang bersifat Aqliyah (intelektualitas).
Ternyata, seorang aktivis tidak hanya butuh pendengar setia. Ia butuh istri yang ‘nyambung’ untuk diajak ngobrol, tukar pikiran, musyawarah, atau diskusi tentang kesibukan dan minatnya. Karena itu, banyaklah membaca, rajin mendatangi majelis-majelis ilmu supaya tidak ‘tulalit’!
5. Bekalan Yang Bersifat Jasadiyah (fisik).
Minimal sehat, bugar, dan tidak sakit-sakitan. Jika fisik kita sehat, kita bisa melakukan banyak hal, termasuk mengurusi suami yang sibuk berdakwah. Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan, membiasakan pola hidup sehat, rajin olah raga dan lain-lain. Selain itu, jangan lupakan masalah merawat wajah dan tubuh. Ingatlah, salah satu ciri istri shalihat adalah ‘menyenangkan ketika dipandang’.
Akhirnya, ada bekalan yang lain yang tak kalah penting. Itulah sikap mudah memaafkan. Bagaimanapun saleh dan takwanya seorang aktivis, tak akan mengubah dia menjadi malaikat yang tak punya kesalahan. Seorang aktivis dakwah tetaplah manusia biasa yang bisa dan mungkin untuk melakukan kesalahan. Bukankah tak ada yang ma’shum di dunia ini selain Baginda Rasulullah?
Jadi, yuks kita jadi istri yang sholehah....supaya bisa jadi Ratu Bidadari untuk suami kita kelak di syurga. Amin :)
Sup Jagung Keju....Lezzzaaatttt
Inilah salah satu makanan kesukaanku, segala sesuatu yang berbau keju....yummy... | |||
walaupun suamiku gak terlalu suka, tapi aku tetep suka...malah menurut aku itu lebih bagus karena berarti gak ada yang mintain... | |||
Tapi, kalau aku di Jakarta makanan ini bermasalah karena semua keluargaku pada suka. Jadi, kalau mama bikin ini pasti pada rebutan...yummy, yummy, yummy.... Sup Jagung Keju Bahan :
|
Minggu, 09 Mei 2010
CITY EDUCATION PRIVAT (SD-SMP-SMA)
brosur les privat — Bandung
- Lokasi: Bandung, Jawa Barat, Indonesia
- Lingkungan: Kiara Condong, Buah Batu, Sekelimus, Batu Nunggal, Dago, dan sekitarnya
- Tanggal Terpasang: Mei 10
Memperkenalkan Privat Berkualiatas dangan harga terjangkau di Bandung:
CITY EDUCATION PRIVAT (SD-SMP-SMA)
Siap & Sukses:
1. Siap Ulangan Harian
2. Siap Ulangan Blok
3. Siap Kenaikan Kelas
4. Siap Ujian Akhir Sekolah
5. Siap Ujian Akhir Nasional
Pengajar Bekompeten dari: UNJ (Universitas Negeri Jakarta), ITB, UNPAD, UPI, dll.
BIAYA PRIVAT EKSKLUSIF
Semua Bidang Studi
SD : Rp. 40.000/pertemuan
SMP : Rp. 50.000/pertemuan
SMA : Rp. 60.000/pertemuan
GRATIS BIAYA PENDAFTARAN (Selama Promo)
Setiap penambahan 1 siswa dikenakan biaya tambahan Rp. 20.000
Tujuan Program:
1. Membantu mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar.
2. Membantu mengatasi soal-soal sulit yang diberikan di sekolah.
3. Mempersiapkan agar siswa mampu menyusun strategi untuk mengantisipasi soal-soal yang dihadapi.
4. Mempersiapkan materi siswa untuk mencpai taraf belajar yang baik.
SEGERA HUBUNGI: SISKA TELP : 087880380814
E-MAIL : cute_imoetz@yahoo.com or wibowo.siska87@gmail.com
CITY EDUCATION PRIVAT (SD-SMP-SMA)
Siap & Sukses:
1. Siap Ulangan Harian
2. Siap Ulangan Blok
3. Siap Kenaikan Kelas
4. Siap Ujian Akhir Sekolah
5. Siap Ujian Akhir Nasional
Pengajar Bekompeten dari: UNJ (Universitas Negeri Jakarta), ITB, UNPAD, UPI, dll.
BIAYA PRIVAT EKSKLUSIF
Semua Bidang Studi
SD : Rp. 40.000/pertemuan
SMP : Rp. 50.000/pertemuan
SMA : Rp. 60.000/pertemuan
GRATIS BIAYA PENDAFTARAN (Selama Promo)
Setiap penambahan 1 siswa dikenakan biaya tambahan Rp. 20.000
Tujuan Program:
1. Membantu mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar.
2. Membantu mengatasi soal-soal sulit yang diberikan di sekolah.
3. Mempersiapkan agar siswa mampu menyusun strategi untuk mengantisipasi soal-soal yang dihadapi.
4. Mempersiapkan materi siswa untuk mencpai taraf belajar yang baik.
SEGERA HUBUNGI: SISKA TELP : 087880380814
E-MAIL : cute_imoetz@yahoo.com or wibowo.siska87@gmail.com
ANDA TELPON KAMI DATANG!!!!
Jumat, 07 Mei 2010
Walimahku
Hari itu ahad, 14 Maret 2010 adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Hari itu tidak akan aku lupakan selamanya....karena pada hari itu aku dipersunting oleh seorang pria yang sangat kucintai dia bernama Sulistyo Hari Wibowo. Menjelang hari itu banyak sekali persiapan-persiapan yang kami lakukan, apalagi mas Tyo-ku sayang tidak berada di Jakarta, tetapi di Bandung wal hasil aku sibuk dan pusing banget untuk mempersiapkan hari itu. Di tambah lagi aku juga baru selesai sidang dan sangat dikejar deadline (baca:garis kematian) untuk mengumpulkan skripsi dan berkas-berkas lainnya hanya dalam 2 hari, karena kalau lebih dari itu aku gak bisa ikut wisuda semester ganjil ini.
Alhamdulillah, atas Ridho-Nya dan bantuan banyak pihak terutama my mom dan dad...serta semua orang yang membantuku (sehingga tak dapat ku tuliskan satu persatu) pernikahan kami dapat berjalan dengan baik, walaupun tak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini.
Mudah-mudahan ini adalah awal dari kehidupanku yang baru sehingga aku bisa menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi dan dapat memperbaiki semua kesalahanku di masa silam.
Aku bersyukur pada Allah karena kini ku telah menemukan teman yang senantiasa di sampingku yang menemaniku dalam berjuang di jalan-Nya. Semoga cinta kami dapat abadi hingga di akhirat nanti. Aminnnn.......
Ahlan Wa Sahlan
Assalammu'alaikum Wr.Wb.
Shalawat serta salam selalu kita junjungkan kepada Baginda Rosululloh SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk di dalamnya.
Alhamdulillah akhirnya saya bisa membuat blog ini dan terima kasih serta selamat datang kepada rekan-rekan yang telah berkenan untuk "mampir" ke blog saya ini. Semoga dengan adanya blog ini kita dapat sharing, berbagi ilmu dan tentunya saling mengingatkan agar kita selalu berada di jalan yang di ridhoi-Nya. Akhir kata Ahlan Wa Sahlan di blog saya dan Wassalam.
Shalawat serta salam selalu kita junjungkan kepada Baginda Rosululloh SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman dan semoga kita termasuk di dalamnya.
Alhamdulillah akhirnya saya bisa membuat blog ini dan terima kasih serta selamat datang kepada rekan-rekan yang telah berkenan untuk "mampir" ke blog saya ini. Semoga dengan adanya blog ini kita dapat sharing, berbagi ilmu dan tentunya saling mengingatkan agar kita selalu berada di jalan yang di ridhoi-Nya. Akhir kata Ahlan Wa Sahlan di blog saya dan Wassalam.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)