Walimahku

Walimahku
Ahad, 14 Maret 2010

Rabu, 03 November 2010

Al-Makmun

Khalifah al Makmun adalah khalifah keenam Dinasti Bani Abbasiyah. Dialah khalifah terbesar Dinasti Bani Abbasiyah. Pada masa pemerintahannya, Islam mencapai puncak prestasi dalam bidang peradaban. Karena kesuksesannya dalam membawa kebesaran nama Dinasti Bani Abbasiyah, nama al Makmun tidak dapat dipisahkan dari Dinasti Bani Abbasiyah.
Al Makmun lahir dengan nama lengkap Abdullah Abdul Abbas al Makmun. Dia putra dari Khalifah Harun al Rasyid dari ibunya Marajil. Ibunya adalah bekas hamba sahaya. Sejak kecil al Makmun sudah mencintai ilmu pengetahuan. Di samping itu, dia juga dikaruniai otak yang cerdas. Lewat seorang guru pribadinya Kazai dan Yazidi, pada usia lima tahun al Makmun mulai belajar membaca Alquran dan ilmu-ilmu agama.
Al Makmun juga beruntung dapat belajar hadis dari seorang guru yang sangat masyhur, Imam Malik namanya. Imam Malik adalah seorang ulama yang terkenal pada zamannya. Dia juga pendiri aliran fiqih Maliki. Imam Malik mengajarkan hadis dari buku karyanya sendiri yang dikagumi banyak orang, yakni al Muwatta. Al Makmun tidak saja dikenal sebagai khalifah yang mencintai ilmu-ilmu agama. Dia sangat mencintai ilmu pengetahuan, seperti sastra, hukum, filsafat, astronomi, dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan al Makmun, berkembang paham keagamaan yang beraliran Mu’tazilah. Paham atau aliran Mu’tazilah adalah aliran dalam pemikiran keagamaan Islam yang menekankan kekuatan otak atau rasio. Menurut paham ini, bahwa Alquran itu tidak abadi. Karena jika Alquran itu abadi, maka ada dua yang abadi, yaitu Tuhan dan Alquran.
Paham Mu’tazilah pada masa pemerintahan Khalifah al Makmun dijadikan sebagai paham resmi kerajaan. Kebijakan ini ternyata mendapat pertentangan dari berbagai kalangan ulama. Di antara tokoh ulama yang sangat berani menentang pemerintah pada saat itu adalah Imam Ibnu Hambal. Karena sikapnya yang dinilai berani menentang pemerintah, dia kemudian ditahan. Dia dijebloskan ke dalam penjara dan menjalani hukum cambuk hingga kulitnya memar dan terkelupas. Akan tetapi, dia tetap kukuh dengan pendiriannya.
Al Makmun diangkat menjadi khalifah setelah sebelumnya terjadi perang saudara dengan al Amin. Perang saudara ini terjadi setelah Khalifah Harun al Rasyid, ayahnya meninggal. Dia berhasil menjadi khalifah pada tahun 813 M. Perang saudara memperebutkan kekuasaan ini sebenarnya mengurangi kewibawaan Dinasti Bani Abbasiyah. Akan tetapi, setelah menjadi khalifah, al Makmun berhasil memulihkan nama baik itu.
Setelah menjadi khalifah, al Makmun tidak langsung mengendalikan pemerintahan. Dia terus memperdalam ilmu pengetahuan dan tinggal di kota Merv. Untuk menjalankan roda pemerintahan dia menunjuk Fazal bin Sahal. Namun, dalam praktiknya Fazal bin Sahal banyak membuat kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kepentingan dan ambisi diri, sehingga muncul berbagai pemberontakan.

Sumber: Tasirun Sulaiman

Tidak ada komentar :

Posting Komentar