Walimahku

Walimahku
Ahad, 14 Maret 2010

Rabu, 03 November 2010

Ibnu Khaldun

Abdul Rahman Abu Zaid Waliyu ad-Din ibn Khaldun, itulah nama asli dari Ibnu Khaldun. Dia adalah cendikiawan dan ilmuwan Muslim yang fenomenal sebelum Auguste Comte hingga sekarang.
Nama Abu Zaid di ambil dari nama ayahnya, karena kebiasaan bangsa Arab jika tidak mengetahui nama asli yang sebenarnya maka akan memanggil dengan nama ayahnya. Sedangkan Waliyu ad-Din adalah sebuah gelar setelah beliau menjabat sebagai hakim di Mesir. Dan nama Ibnu Khaldun diambil dari nama kakeknya yaitu Khalid bin 'Utsman.
Ibnu Khaldun dilahirkan di bagian utara benua Afrika yaitu Tunisia, di saat shubuh tanggal 1 Ramadhan 237 H bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1332 M. Beliau dilahirkan Di salah satu rumah pada lorong kecil di kawasan pasar lama, ibu kota Tunis, Di situlah keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor. Keluarga Ibnu Khaldun berasal dari Yaman, yang kemudian pindah ke Andalusia (Spanyol). Ketika keluarga Ibnu Khaldun mulai merasa akan semakin dekat jatuhnya kerajaan Andalusia ke tangan Spanyol pada tahun 1248, mereka keluar menuju Melilia-Maroko, lalu pergi ke Tunisia pada masa kekuasaan Abi Zakariya Hafsid pada tahun 1228-1249.
Semenjak kecil beliau telah hafal al-Qur'an. Selama masa kecilnya itu beliau secara langsung dididik oleh ayahnya sendiri. Pada waktu remaja Ibnu Khaldun belajar di masjid Zaitunnah yang terletak disamping rumahnya. Masjid ini sebagai pusat keruhanian dan keilmuan di Tunis sebelum adanya Universitas al-Azhar di Kairo yang didirikan pada dinasti Fatimiyyah. Di masjid inilah Ibnu Khaldun mendapatkan  keilmuan yang sangat banyak diantaranya mempelajari Qiro'ah seperti Qiro'ah Sab'ah dan Qiro'ah Ya'qub, mempelajari ilmu hukum Islam dari tafsir Qur'an, Hadits, dan Fiqih madzhab Maliki, dan sebagainya..
Ibnu Khaldun mempunyai keahlian menulis huruf Arab dengan baik, tulisannya sangat terkenal sekali di kalangan para pejabat negara. Oleh karena itu Ibnu Khaldun sering diperintah oleh pemerintah untuk menulis surat yang akan dikirim ke pemerintahan yang lainnya. Dari sini lah Ibnu Khaldun mulai memasuki dunia politik. pengalamannya berkhidmat kepada pemerintah dari Afrika Utara hingga Andalusia. sehingga Ibnu Khaldun banyak sekali orang yang suka dan tak lepas pula orang yang benci kepadanya.  Akibat dari kebencian itu, pada akhirnya beliau difitnah dan dimasukan kedalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, Ibnu Khaldun mulai berkonsentrasi pada bidang penulisan dan penelitian. Beliau juga melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-'Ibar (tujuh jilid) yang telah beliau revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-'Ibar wa Diwanul Mubtada' awil Khabar fi Ayyamil 'Arab wal 'Ajam wal Barbar wa Man 'Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Pada umurnya yang ke 36 tahun Ibnu Khaldun mulai menulis fenomena masyarakat yang ditulis dalam karya agungnya Muqoddimah Ibnu Khaldun. Pemikikiran Ibnu Khaldun sangat relevan pada saat sekarang ini, Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metode-metodenya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa beliau menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat modeen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat. Pemikirannya ini dapat mengobati penyakat masyarakat pada abad modern sekarang. Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Ta'riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya) dan al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta'akhkhiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan al-Qur'an yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman.. Oleh kerena itu pendidikan al-Qur'an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran al-Qur'an pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25 Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.

dzikriii.multiply.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar